Jumat, 08 Mei 2020

Efek dari ngaji filsafat kali yah.

Sebenernya gue engga tau mau nulis apaan, cuman lagi dan lagi hati gue berasa hancur ngeliat kelakuan manusia yang suka mengatas nama kan Tuhan dan Agama bertindak propokatif untuk menghalalkan darah manusia lainnya. Openingnya ucap salam, baca bismillah, baca sholawat tapi isinya membenarkan tindakan pembunuhan, cuy serius gue penasaran lo baca kitab apaan sih? Lo ngaji dimana sih? Kenapa agama islam semengerikan itu? 
Ok, sebelumnya gue disclaimer dulu, disini gue mau ngomongin LGBT dan gue pun tidak mendukung tindakan tersebut, gue tau kalau lgbt itu dilarang oleh agama gue, itu merupakan tindakan yang salah dan Allah tidak suka dengan tindakan tersebut, tapi tidak lantas membuat diri gue merasa layak dan pantas untuk menghakimi sampai membenarkan tindakan pembunuhan bagi orang2 lgbt. Pemahaman agama yang seperti ini menurut gue keliru, manusia zaman sekarang kadang suka banget  mengambil alih peran Tuhan, yang berhak menjadi Hakim atas dosa-dosa manusia itu hanya Dia Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Luth aja ketika beliau diutus oleh Allah untuk memberikan peringatan kepada kaumnya tidak dengan cara kekerasan apalagi dengan membunuh, beliau hanya menyampaikan kebenaran dan meluruskan yang salah, dan ketika kaumnya tetap mendustakan peringatan beliau maka Allah sendiri yang membinasakan. Allah itu Rohman dan Rohim, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk ciptaanNya, Dia tidak akan langsung menghukum hambaNya yang berbuat dosa, Dia kirim seseorang yang dapat memberikan petunjuk, Dia selalu menunggu tobat dr hambaNya, Yang Maha Lembut jadi tidak pantas kalo lo menyakiti hati orang lain, berbuat dzolim tapi dengan nama Tuhan. 
Salah satu tokoh agama favorite gue adalah Dr. Fahruddin Faiz, beliau dosen filsafat suaranya lembut banget, ngajinya bukan tentang pahala, halal dan haram, dan ada banyak kata-kata beliau yang gue catet di kepala ini, salah satunya beliau bilang begini. “Kita tuh manusia banyak atribut yang nempel dalam diri kita, maka untuk menjadi manusia yang beneran manusia satu per satu atribut tersebut harus dilepasin, atribut itu adalah gelar kita, jabatan kita, status sosial kita, suku kita, budaya kita, itu kita harus lepasin, jika perlu agama kita juga kita lepas dulu, cukup satu hal yang nempel pada diri kita yaitu sadari bahwa kita adalah MANUSIA. Ini supaya kita bisa menjadi manusia yang bisa memanusiakan manusia, supaya tidak bertindak mengambil peran Tuhan”

 

Kamis, 30 April 2020

Ramadhan kedua di Bandung

On the seventh day of Ramadhan, the sky of rain. I closed my eyes and prayed in the silences of my soul. I remembered everything, your face, your smiled, you were wrath to me, you cried out to me, but I knew it was the way you loving me, and you said “nis, jadi perempuan pokoknya harus mandiri, jangan pernah bergantung kepada siapapun bahkan nanti kalau udah punya suami, engga boleh yah bergantung sama suaminya, bapak engga mau punya anak yang bergantung sama orang lain”

Now, those words make me being an independent woman. I can’t depend on anyone besides my God and just myself. I am sorry, I haven’t become a good kid as you want me to be, but I will keep attempting as much as possible, sorry I could not visit your graveyard on this ramadhan, honestly i am very miserable 😭. I miss you, I always hope may me and you and mimi will be gathering in the hereafter with Rasul Muhammad Saw. Aamiin 😊

Sabtu, 18 April 2020

I am sorry, i can’t say rant. Ahilah bangsat !!!

And me, until now still feel like a stupider. Can only take a breath for all things that I did and had passed by. Shit !!!! I haven’t recovered from someone who made me down. Rasanya ingin gue caki maki tuh manusia itu, selama ini gue masih membuang-buang energi untuk sebuah alasan yang it doesn’t make sense to do. It’s very difficult to make peace with myself, terikat emosional sama seseorang itu bikin capek, capek hati, capek emosi, capek fisik juga. Bener kata lo nyet, gue harus membuang hati gue, karena apa-apa yang pake hati itu malah bikin ribet.
Gue gak tahu sampai kapan gue bisa bener-bener berdamai sama diri sendiri, memaafkan diri gue supaya gue bisa pulih dari toxic emotional ini. Padahal gue sadar banget bahwa everything happened in life definitely for a reason. But, please Anisa stop denials your feeling, it’s ok is not to be okay. Kalau emang diri lo ngerasa engga baik-baik aja, you just needed to affirm that and it’s ok to feels devastated and you weren’t being overly dramatic kok, you needed validation.
Never surrender because everything is irrelevant if you give up.

Kamis, 16 April 2020

Yah, this is alive

There’re many things I said in words, but much in my heart remained unsaid. For me, myself could not speak my deeper secret. I was stranger for my family (probably), I have family but I feel like I don’t have them. Did you ever feel when you awoke up from you slept, you felt empty, confused, and wanna crying and just one thing you realized is you were orphaned. So, I always expect, these are a nightmare.

Selasa, 08 Oktober 2019

Buku (masa depan)

14 Februari, sebagian orang memaknai tanggal ini adalah tanggal kasih sayang. Tapi, tidak bagi saya, mungkin saya malah membencinyaa... bukan, bukan karena saya merasa diri saya religius, sama sekali tidak.

Saya benci karena disaat orang-orang sedang merayakan hari kasih sayang, orang-orang di luar sana saling bertukar coklat, disaat itu saya baru saja menguburkan ibu saya, iya.. saya malah kehilangan orang yang sangat saya sayangi, tidak adil bukan? Seolah dunia begitu kejam bagi saya. Apa yang bisa saya lakukan? Menangis? Tentu saja. Tapi, saya berpikir mau sampe kapan saya menangis? Saya tidak akan membiarkan air mata saya habis, percuma !!

Saya memutuskan untuk mengambil buku, saya ingin membacanya. Buku yang bercover foto dari ibu saya, saya buka buku tersebut, saya baca setiap lembarnya seraya memanjatkan doa, semoga Tuhan mengampuni ibu dan menempatkan ibu bersama KekasihNya Rasulullah Muhammad SAW. Alfateha aamiin

Sabtu, 21 September 2019

Ocehan disore hari

Entah kenapa gue selalu tertarik sama yang namanya issue agama, banyak banget masalah agama yg terjadi di negara tercinta ini, mulai dari issue intoleran, mudah mengkafir-kafirkan orang lain, judging orang lain neraka dan merasa bahwa alirannya yg benar dan layak masuk surga. Sebagai mayoritas, gue sedih ada sebagian umat muslim disini yg merasa superior sehingga selalu menuntut privilege, kadang tidak jarang menindas kaum minoritas. Padahal islam itu Rahmatan Lil Alamin, tapi terkesan terasa jauh dari adanya Rahmat itu. Islam itu kabar gembira, tapi mengapa banyak hati yang merasa sedih karena perbuatan kaumnya?


Beragama dengan damai, saling menghargai sebagai manusia tanpa melihat label apapun dr manusia yang lain apakah sulit untuk dilakukan? Melihat heterogenitas, perbedaan, apakah dianggap suatu yang mesti dipersoalkan? Pelangi saja terlihat indah karena warnanya yang berbeda-beda, tapi sayangnya dalam beragama sebagian orang menganggap dunia ini hanya hitam dan putih, halal dan haram, sah dan batal, kafir dan muslim. Seolah tidak boleh ada karya seni, tidak boleh ada humor, tidak boleh ada yg berbeda dari yang merasa dirinya yang paling benar. Padahal hidup saya, anda, bahkan bisa jadi kita semua ditakdirkan berbeda-beda itu merupakan sebuah karya seni dari Sang Pencipta Yang Maha Mulia.


Kamis, 18 Juli 2019

Letter to myself in the future

Dear Anisa,

Terima kasih untuk tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk bangkit dalam situasi apapun, terima kasih karena sudah menjadi sosok yang selalu optimis walau kadang hidup sering sekali tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, kamu tetap berusaha menegakkan kepala dan memberikan senyuman dari bibir kamu. Anisa, aku bangga atas dirimu, walau kadang banyak orang yang selalu merendahkan, tapi kamu tetap berdiri dan berjalan untuk dapat membuktikan bahwa dirimu tidak seperti apa yang mereka kira. 

Dua puluh lima tahun sudah kamu menjalani kehidupan di dunia ini, begitu banyak hal yang sudah dilewatkan, rasa senang, bahagia, sedih, kecewa, marah, menangis dan kehilangan semua itu telah mendampingi dalam perjalanan hidupmu, kini kamu akan terus bertumbuh dan sampai akhirnya masa itu telah habis untuk kamu, Anisa tetaplah selalu menjadi pribadi yang optimis untuk tidak pernah menyerah dalam hidup, belajarlah terus untuk memperbaiki dirimu, dan jangan pernah lelah mengejar apa yang telah kau cita-cita kan dalam hidup ini untuk bisa bermanfaat dalam kehidupan ini. jadilah manusia yang selalu menebarkan cinta dan kebaikan. I am proud of you, Anisa :)

Salam, dari dirimu di masa yang lalu.